Martabak Asam Manis
Penulis : Fico Fachriza
Penerbit : Bukune
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 602-220-138-1
Jumlah Hal. : 178 Halaman
Deskripsi:
“Tes, tes!”
Gue ngecek mic sambil lirik-lirik malu ke penonton.
“Halo nama gue Fico dan
ini kali pertama gue open mic.” Penonton tepuk tangan. Wuisss…, percaya diri gue naik.
Gue langsung masuk bit
pertama. "Menurut gue, kecap sering diremehkan. Padahal penting, loh! Kalo
nggak ada kecap, bisa-bisa nasi uduk sama nasi goreng ketukar. Kasihan nasi
uduk yang sudah dengki banget sama nasi goreng karena lebih dulu go
international."
Hening.
Penonton sibuk
masing-masing. Ada yang tidur, ada yang baca koran, ada yang nidurin koran, Gue
udah kayak loper koran di lampu ijo.
Nggak dianggep dan
ditelan asap knalpot.
***
Seperti martabak lezat
yang terbuat dari perpaduan bahan masakan, cerita Fico pun dibentuk dari banyak
cerita. Telur itu seperti Fico yang lucu dan bundar. Baking powder-lah membuatnya mengembang. Taburan cokelat keju
memberi rasa manis dan asin dalam hidupnya. Semua itu dicampur dan diolah
menjadi ‘Martabak Asam Manis’ yang gurih-gurih enyoy.
***
Wisuda
mungkin tidak menjadi jaminan setelahnya akan mendapat pekerjaan yang layak dan
sesuai dengan gelarnya. Namun, bagi sebagian besar mahasiswa, wisuda tetap
menjadi impian yang ingin selalu cepat-cepat diraih. Kecuali ada beberapa yang
mungkin sudah merasakan sukses terlebih dahulu sebelum wisuda, hingga akhirnya
keinginan meneruskan kuliah sampai wisuda jadi terbengkalai.
Bagiku
sendiri, wisuda adalah pembuktianku kepada orang tua. Bahwa aku bias memenuhi
harapan mereka, sekaligus bukti bahwa aku kuliah tidak main-main.
Aku
menargetkan wisuda tahun ini, bulan Desember. Setelah sebelumnya teman-teman
telah meninggalkanku terlebih dahulu karena sudah wisuda dulu di bulan
September kemarin. Dan sejak ditinggal teman-teman, perasaan untuk segera
wisuda semakin memenuhi pikiranku sehingga mau gak mau aku harus berusaha bisa
menyusul wisuda Desember tahun ini.
Awalnya
aku sempat pesimis. Bulan September lalu, saat teman-teman seperjuangan yang
gagal wisuda bulan September sudah memulai skripsinya dan beberapa kali
bimbingan. Aku belum memulainya sama sekali.
Aku
memang terlalu malas untuk menyentuh skripsiku, selain faktor kebagian dosen pembimbing
pertama yang ‘gak enak’, dosen pembimbing keduaku juga sama 'gak enak'-nya.
Alhasil, semangat mengerjakan skripsiku benar-benar berada di titik nadir.
Dorongan
dan semangat dari teman-teman gak pernah berhenti agar aku mulai semangat
mengerjakan skripsiku. Aku masih tetap saja bergeming. Merasa sangat malas...
kehidupanku setiap hari hanya dihabiskan untuk tiduran, makan, tiduran, dan
sesekali mandi. Monoton. Disaat temen-temen lain sibuk buka laptopnya siang
malam demi skripsi, aku malah buka bungkus mie instant setiap hari.