Aku
belum terlalu lama jadi blogger, sudah jelas tidak banyak tulisan yang aku
hasilkan selama aku jadi blogger. Aku memang terlalu malas, aku lebih suka
mengamati blog-blog orang lain tanpa tau blogku harus menjadi seperti apa.
Aku
tidak terlalu jago mendesain blog. Bahkan tampilan blogku yang sekarang aja aku
dapat dari template download’an. Menyedihkan memang, aku terlahir dengan
kreativitas yang minim. Tampilan blogku yang sekarang memang terlihat lebih
bloggeriawi. Mmm.. maksa ya? Iya.. aku emang suka maksa, tapi aku gak pernah
maksa cewek buat mau jadi pacarku. Soalnya endingnya sakit, mereka lebih
milih nelen pil KB daripada diajakin pacaran sama aku.
Template blogku yang sekarang, cukup keren,
setidaknya menurutku. Pencarian template itu tidaklah mudah, butuh
ratusan next page untuk menemukan template yang sekarang ini.
Tentu saja setelah sebelumnya aku hampir putus asa mencari tampilan blog yang
pas.
Jujur..
aku memang payah, jangankan mengedit tampilan blog, mengedit skripsi temen yang
udah di acc dosen pembimbing saja aku masih aja disalah-salahin sama
dosen pembimbingku.
Dulu
aku pengen punya blog. Bukannya berusaha mencari tutorial cara membuat blog,
aku malah meminta temenku untuk buatin aku blog. Gak perlu susah payah, aku
tinggal menunggu dan membelikannya segelas pop ice, maka dalam hitungan menit
aku pun punya blog. Cara yang mudah tanpa perlu bersandiwara...
Sayangnya,
gara-gara latar belakangku yang blog aja dibikinin. Aku pun gak bisa berbuat
lebih jauh lagi. Aku hanya termenung menatap tampilan blogku yang putih bersih
tanpa hiasan apapun. Aku tak tahu harus berbuat apa. Ternyata segelas pop ice
hanya cukup untuk membuat blog lahir, gak ada bonus tampilan apapun. Entah
temenku yang pelit, atau aku yang pelit minta dibuatin blog cuma modal segelas
pop ice.
Sebenarnya
aku bisa saja meminta temanku itu untuk memberi hiasan blogku agar tampilannya
tidak gundul seperti saat itu. Tapi niatku itu terhalang segelas pop ice, aku
malu, cuma ngasih segelas pop ice tapi banyak mintanya.
Merasa
tidak mungkin mendapat bantuan dari teman, aku harus berusaha sendiri. Setelah
bertahun-tahun membaca dan mengamati tutorial yang ada di google. Aku
pun mulai paham, tampilan blog bisa diedit. Maka, aku segera mempraktekannya.
Aku
mencari tampilan blog yang sesuai, namun gak ada yang sreg di hati aku. Aku
memang cowok yang suka pilih-pilih, padahal aku gak pernah dipilih sama cewek.
Iya, aku memang banyak gaya. Seharusnya bisa mengedit tampilan blog aja aku
harus bersyukur, kalau perlu aku menyumbangkan tanah wakaf sebagai tanda rasa
syukur.
Masalah
pilih memilih. Aku sempat kesulitan membuat alamat blog yang tepat dan menarik.
Sebagai laki-laki aku tidak menarik, maka blogku kelak harus punya alamat yang
menarik. Maka aku tidak boleh sembarangan menentukan masa depan blogku. Aku
berdiskusi sengit dengan temanku, aku suka dengan alamat ‘blogcowokganteng.blogspot.com’.
Menurutku
itu alamat yang keren, tapi temanku bersikeras menolak. Katanya, aku tidak
boleh terus menerus berdusta. Dari kalimat itu aku sadar, itu sama saja temanku
mengatakan aku gak ada ganteng-gantengnya sama sekali. Aku pengen bilang
kampret, tapi dipikir-pikir kenyataanya memang begitu.
Setelah
usulanku ditolak, aku pengen bikin pake nama kumiskekar.blogspot.com,
aku pikir nama itu keren. Aku cowok, berkumis (karena tidak sempat mencukur
kumis akibat skripsi), dan nilai lebihnya kumisku cukup lebat sehingga terlihat
kekar.
Karena
makna kumis kekar yang sangar dan identik dengan preman ngondek. Temenku
menyetujui nama itu. Kali ini aku punya alasan untuk bilang kampret. Tapi
kampret yang dimaksud, ‘kampret! Emang bener muka gue sangar!’. Aku agak-agak
sakit hati.
Tiga
bulan bertahan dengan nama kumiskekar, aku merasa asing dengan blogku.
Karena saat itu aku lelah berkumis, tiap makan sambal sama kerupuk (karena
makan ayam terlalu sulit untuk digapai), sambalnya suka nempel-nempel di kumis.
Nafasku terasa panas, aku jadi capek sendiri bernafas dengan cara seperti itu.
Aku
pun memotong kumisku, tanpa dua kali penyaringan. Setelah aku tidak punya kumis,
blogku jadi terasa aneh.. aku sudah tidak berkumis, kekekaranku hilang. Namun
nama kumis kekar masih melekat, sebenarnya ini blog punya siapa?
Aku
harus merubah nama blogku, tapi gak tau caranya. Ah... aku ingin sepintar
mereka-mereka yang punya blog dengan tampilan keren. Namun sayang, aku tidak
punya teman untuk mendiskusikan persoalan serius ini. Teman-temanku lebih
memilih menghabiskan waktu di kamar mandi setelah sempat membuka laptop lengkap
dengan headset selama beberapa menit. Entah apa hubungannya, aku pura-pura
tidak tahu, padahal aku sesekali juga berbuat seperti itu.
Kegamanganku
mencari alamat blog pengganti kumis kekar benar-benar membuatku susah makan.
Kebetulan waktu aku gamang, saat itu sedang tanggal tua. Ya, setidaknya
alasanku susah makan terlihat keren daripada aku sengaja nahan lapar di akhir
bulan gara-gara duit abis buat beli tazos pokemon yang popularitasnya sudah
lewat.
Aku
sempat kepikiran mau membuat nama blog yang unik. ‘Catatan Hati Seorang Istri’.
Kelihatannya itu keren, tapi aku baru tau ternyata nama itu udah dipake buat
judul sinetron di RCTI. Sial! Aku keduluan!
Aku
kepikiran lagi buat bikin nama blog dengan alamat ‘wakwaw’. Tapi kalo sinetron
Soni Wakwaw udah gak populer lagi, blogku juga pasti gak spesial lagi.
Aku
merenung lagi. Lima menit... sepuluh menit... sampai tiga puluh menit berlalu
aku tidak kunjung menemukan alternatif nama untuk blogku tercinta. Itulah
susahnya merenung sambil nonton acara ‘On The Spot’, aku jadi susah fokus.
Sepertinya, lebih baik aku merenung sambil nonton ‘tujuh manusia harimau’
saja.
Karena
lelah berpikir keras, padahal aku juga mesti berpikir skripsi dan status
jombloku mau dibawa kemana. Aku pun tercetus sebuah kata sederhana, ‘Minbem’.
Iya, minbem... yang kurang lebih artinya.... mmm... mmm... gak ada artinya. Aku
sadar, apalah arti sebuah nama. Maka aku pun asal saja memberikan nama,
berharap nama minbem bisa populer.
Nama
blog sudah teratasi, sekarang aku harus menentukan genre tulisanku. Aku sih
kepengen nulis yang ringan-ringan. Kayak catatan sehari-hari gitu deh. Tapi
karena aku suka malas nulis, aku jadi gak pernah nulis kisah sehari-hari. Aku
malah nulisnya galau-galauan.
Aku
sempet kepengen nulis komedi. Tapi kata temen-temen aku garing, gak ada
lucu-lucunya. Padahal tetanggaku aja bilang kalo aku lucu, imut-imut,
ngegemesin. Aku masih inget, tetanggaku bilang seperti itu, 20 tahun yang lalu.
Saat aku masih balita.
Karena
gak bakat nulis galau-galauan, gak canggih nulis komedi. Aku kepikiran mau buat
blog informasi aja. Aku mau copas berita-berita yang unik. Biar blogku banyak
pengunjung, aku dapet duit. Aku memang sering dengar blog bisa menghasilkan
duit.
Selama
tiga hari, aku memasukkan puluhan artikel copas ke dalam blog. Aku niat
banget nyari duit lewat blog. Tapi setelah dipikir-pikir, aku gak
merasakan kebahagiaan melakukan itu. Aku kangen nulis-nulis gak jelas.
Setelah
minta do’a restu sama penjual mie ayam yang lewat depan kos-kosan. Aku pun
menghapus kembali puluhan tulisan copas itu, aku menyesal telah
mengotori blogku dengan tulisan copas. Tapi tidak ada ata terlambat
untuk memulai lagi. Maka dengan semangat mahasiswa tingkat akhir yang teraniaya
skripsi. Aku memulai menulis lagi, tanpa copas dan tanpa bahan pengawet
dan tanpa efek samping.
Aku
memang blogger labil, suka gonta ganti tampilan blog. Suka gonta ganti
nama blog, tapi aku gak pernah gonta ganti pacar. Ada yang mau jadi
pacarku aja pasti aku langsung nari balet sebagai tanda syukur.
Aku
juga sempat labil menentukan kemana arah blogku, apakah fokus ke galau atau
fokus ke komedi atau fokus mengambil kitab suci? Ah! Padahal aku harus fokus,
tapi nulis ini aja aku udah salah fokus. Aku memang lemah... blogger macam apa
aku ini!?
Mungkin
sampai sekarang aku masih labil, posting blognya juga suka kadang-kadang, gak
konsisten. Tapi selama aku menikmati dan enggak copas tulisan sana sini.
Aku udah bahagia. Meskipun gak bisa jadi blogger santri yang berdakwah lewat
blog, seenggaknya aku... aku... masih bisa ngeblog dan gak merugikan orang lain.
Gitu aja, sih.